Halaman

Selasa, 08 Maret 2011

KENDHANG dan CARA MENABUHNYA


Kendang adalah instrumen gamelan yang bahan bakunya terbuat dari kayu dan kulit. Cara membunyikan kendang dengan cara dipukul dengan tangan (di-kebuk atau di-tepak). Ukuran kendang Jawatimuran yang dipakai dalam pedalangan terdiri dari 3 (tiga) jenis kendang. Yakni kendang Gedhe, kendang Penanggulan (tradisi Jawa Tengah dinamakan ketipung), dan kendang Gedhugan (tradisi Jawa Tengah dinamakan kendang ciblon atau sejenis). Dalam sajian karawitan tradisi, ricikan kendang berfungsi sebagai pengatur atau pengendali (pamurba) irama lagu/gending. Cepat lambatnya perjalanan dan perubahan ritme gending-gending tergantung pada pemain kendang yang disebut pengendang. Hidup atau berkarakter dan tidaknya sebuah lagu atau gending itu tidak terlepas dari keterampilan serta kepiawaian seorang pengendang dalam memainkan ukel atau wiled kendangannya dalam mengatur laya atau tempo.

Mengingat begitu pentingnya peranan ricikan kendang dalam tata iringan karawitan, biasanya seorang dalang membawa pengendang sendiri dalam setiap pementasannya. Dengan membawa pengendang sendiri seorang dalang akan lebih mantap dalam menggelar pakelirannya. Para dalang menganggap kendang adalah bagian dari belahan jiwanya ketika ki dalang menggelar pakelirannya. Seorang pengendang bawaan dalang (gawan) biasanya sudah memahami dengan baik selera atau keinginan ki dalang. Ibarat pengemudi ia memahami betul bagaimana selera tuannya.





Foto; dokgamelanheri
a.sumber suara dan cara membunyikan kendhang.

Kendhang termasuk dalam kelompok alat music membrane phone,yaitu alat music dengan sumber suara selaput/membrane.secara umum,cara membunyikan ricikan kendhang adalah dengan dikebuk membrannya menggunakan telapak tangan atau jari jari tangan kanan dan kiri.

b. macam macam kendhang.
Pada perangkat gamelan ageng biasanya terdapat empat macam kendhang yaitu:
a) Kendhang ageng
     Merupakan kendhang dengan ukuran fisik paling besar 
     diantara empat macam kendhang pada perangkat gamelan
     ageng.
b) Kendhang sabet
     Merupakan kendhang dengan ukuran fisik lebih kecil   
     daripada kendhang ageng lebih besar dari pada kendhang
     ciblon.
c) Kendhang ciblon
     Merupakan kendhang dengan ukuran fisik lebih kecil
    daripada kendhang sabet tetapi lebih besar dari pada
    kendhang ketipung

d) Kendahng ketipung
     Merupakan kendhang dengan ukuran fisik paling kecil  
     diantara empat macam kendhang pada perangkat gamelan
     ageng.
c. Macam macam suara ricikan  
    kendhangageng,kendhangsabet,kendhang,ciblon.kendhang  
    ketipung beserta cara penghasilannya:
i.  Suara “dhah” (not b)
    Dikebuk pada bagian tepi tebokan besar dengan telapak
    dan empat jari tangan kanan merapat dan setelah
    mengebuk secepatnya dilepas dari tebokan.
ii. Suara “thung” (not p)
     Dikebuk pada bagian tengah tebokan besar dengan
     telapak tangan dan semua jari tangan kanan.
iii. Suara “tak” (not t)
     Dikebuk dan ditekan pada tebokan kecil dengan telapak  
     dan semua jari tangan kiri.
iv. Suara “tong” (not o)
     Dikebuk dan secepatnya dilepas pada bagian tepi tebokan
      kecil,menggunakan ujung jari tengah tangan kiri.
v. Suara “ket” (not i)
    Dikebuk dan ditekan pada bagian tengah tebokan
    besar,menggunakan ujung ujung jari tangan kanan

vi. Suara “lang” (not L)
     Dikebuk dan secepatnya dilepas dan tebokan kecil
     menggunakan telapak tangan dan empat jari tangan kiri
 vii. Suara “lung” (not l)
      Dikebuk dan secepatnya dilepas dan pada bagian tepi
      tebokan kecil,menggunakan jari telunjuk tangan kiri
viii. Suara ”ndhet” (not b)
     Dikebuk dan ditekan pada bagian tebi tebokan besar,
     menggunakan telapak empat jari tangan kanan merapat
ix. Suara “dlong” (not b)
    Merupakan kombinasi antara suara “ndhah” dan suara
    “tong”
x. Suara “ndang” (not d)
    Merupakan kombinasi antara suara “ndhah” dan suara
    “long”

Selasa, 01 Maret 2011

SECUIL PRESTASI ESKUL KARAWITAN SMKN 20 JAKARTA













SEIRING dengan berkembangnya seni musik moderen di Indonesia seperti musik pop, musik rock dan musik-musik yang lainnya, menyebabkan para penerus bangsa kini kian larut di dalamnya dan melupakan seni musik tradisional. Tetapi tidak dengan SMKN 20 Jakarta ini. Untuk melestarikan seni musik tradisional dan menyadarkan para siswa betapa berharganya seni musik tradisional sebagai identitas budaya bangsa, dibentuklah satu kegiatan ekstrakulikuler karawitan.
Eskul yang dibentuk pada tanggal 17 September 2007 ini diprakarsai oleh kepala sekolah terdahulu, Bapak Haribowo sunaryo "Beliau ingin siswanya memiliki ketertarikan pada seni musik tradisional dan juga salah satu usaha untuk melestarikan kesenian dan budaya Indonesia", ujar Heri Mulyanto, pembina ekskul Karawitan SMKAN 20 Jakarta. SMKN 20 Jakarta juga merupakan satu-satunya sekolah menengah kejuruan yang memiliki kegiatan Eskul karawitan. “Alhadulillah, Ibu Kepala Sekolah yang baru, Ibu Eni Nugrahaningsih juga amat mendukung eskul ini.
Eskul karawitan yang dilatih oleh pelatih dari karawitan RRI ini pun sudah menyabet beberapa medali dari lomba-lomba yang mereka ikuti, seperti juara dua dalam lomba karawitan tingkat SLTA se-Jabodetabek yang diselenggarakan oleh Universitas Tarumanegara pada tahun 2009 dan Juara harapan dua lomba karawitan tingkat SLTA se-Indonesia yang juga diselenggarakan oleh Universitas Tarumanegara pada tahun berikutnya. Karawitan SMKN 20 Jakarta ini juga menjadi wakil Ibukota Jakarta dalam ajang Festival dan lomba seni siswa nasional  di Surabaya pada tahun 2010. Juga mengikuti lomba antar sanggar yang di adakan oleh sanggar Jawa Jawi di Jakarta Selatan,Serta pernah tampil di berbagai stasiun televisi swasta. Selain tampil di berbagai perlombaan karawitan SMKN 20 ini juga suka tampil jika ada acara-acara sekolah dan menyambut tamu istimewa yang berkunjung ke SMKN 20.
Eskul karawitan sangat berperan penting untuk mengenalkan dan melestarikan seni dan budaya Indonesia kepada siswa dan siswi yang juga sebagai penerus bangsa, agar kelak kita masih dapat mendengar musik karawitan, bukan untuk mendengarkan musik tradisional Indonesia kita harus ke luar negeri.

SEJARAH GAMELAN


Pada awal mulanya, Gamelan hanyalah berupa Gong besar. Kemudian ditambah dengan beberapa buah gong kecil yang disebut Kempul dalam jumlah yang terbatas. Dalam perkembangan selanjutnya barulah ditambah dengan berbagai instrumen lain sehingga terbentuk seperangkat Gamelan seperti yang kita kenal saat ini.
Dalam mitologi Jawa, Gamelan diciptakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka, Dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana di gunung Mahendra di Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu). Sang Hyang Guru pertama-tama menciptakan gong untuk memanggil para dewa, dan untuk pesan yang lebih khusus Ia kemudian menciptakan dua gong, lalu akhirnya terbentuk seperangkat Gamelan.
Sebagian besar alat musik Gamelan terdiri dari alat musik perkusi yang dimainkan dengan cara dipukul atau ditabuh. Oleh sebab itu pada waktu orang memainkan alat musik Gamelan biasanya disebut “NGGAMEL”. Nggamel adalah bahasa Jawa yang berarti Memukul / Menabuh. Inilah sebenarnya asal usul kata GAMELAN (Nggamel = Gamel ditambahan akhiran –an).
Tidak ada catatan resmi tentang kapan pertama kali Gamelan dimainkan. Namun perkembangan musik Gamelan diperkirakan mulai ada sejak kemunculan kentongan, rebab, tepukan ke mulut, gesekan pada tali atau bambu tipis hingga dikenalnya alat musik dari logam. Perkembangan musik Gamelan tidak luput dari pengaruh India, mengingat bahwa pada sekitar abad VII sampai dengan abad XV, kebudayaan Jawa mendapat pengayaan unsur-unsur kebudayaan India.
Gambaran tentang alat musik ensembel (kumpulan yang terdiri dari dua atau lebih alat musik yang dimainkan oleh sekelompok musisi) pertama ditemukan di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, yang berdiri sejak abad ke-8. Alat musik yang ditemukan di relief candi tersebut misalnya suling bambu, kendhang, kecapi, dan alat musik berdawai yang digesek dan dipetik.Selain di Borobudur, relief yang berisi tentang alat musik Gamelan juga dapat ditemukan di Candi Jago (Abad ke -13), Candi Panataran (Abad ke-14), Candi Kedaton ( Abad ke-14), dan lain-lain.